Deff

Deff

rryja


"Nest, kamu baik baik saja?"

"Tentu"

"Sepertinya tidak"

"Kalau sudah tau, untuk apa bertanya?"

4 tahun mengenal dan dikenalinya. Seakan tidak mungkin mendapatkan celah untuk menutupi apapun. Deff memang orang yang teledor, selalu lupa dengan barangnya, sering tersandung batu jika berjalan padahal pandangannya terlihat fokus ke jalanan. Tapi dengan manusia, Deff adalah orang yang paling hati-hati dari sekian banyak makhluk yang aku temui.

Semua yang dia rasakan selalu diawali dengan pertanyaan. Baginya, langsung mengungkapkan apa yang terbesit di hatinya, hanya akan memperkeruh suasana. Katanya dia sudah berpengalaman soal ini. Yasudah aku iyakan saja. Tapi sejauh ini sih memang benar apa yang dikatakannya.

"Tunggu disini Nest"

Dia pergi beberapa saat dan kembali dengan botol minum di genggamannya.

"Deff, kamu udah berapa taun sih kenal aku. Kan aku sudah sering sekali mengatakan kalau aku tidak terlalu suka air putih, apalagi yang tidak dingin"

"Air putih? Mana?"

"Itu di tanganmu apa?"

"Ini air bening Nest"

Tidak lucu Deff, benar benar tidak lucu. Aku tak berekspresi sedikitpun. Tapi tak ada rasa kecewa yang terlintas di wajahnya, mungkin karena sudah terlalu paham dengan sifat bodo amat aku ketika bicara dengan orang lain, terutama dia.

"Nih"

"Deff!!", sudah aku bilang aku tidak suka. Tapi tetap saja dia menyodorkannya.

 "Nest, kalau kamu abis lari, 10 km, lalu kamu duduk dan ada yang memberi air seperti yang aku kasih sekarang ini. Apa kamu akan meminumnya?"

"Beda keadaannya Deff, sekarang kan aku lagi duduk santai, bukan abis lari"

"Berarti kamu akan meminumnya kan?"

"Ya, karena saat itu pasti aku haus" 

Pertanyaan aneh. Memang manusia seaneh ini ya kalau lagi megang air putih? Eh apa hubungannya.

"Kamu mungkin boleh ga suka sama air putih, Nest. Tapi kamu tetap akan meminumnya jika kamu merasa harus. Sama halnya dengan diri kamu sekarang"

Dia diam, aku juga diam. Belum bisa menangkap apa yang dia maksud. Ya memang rangking aku di kelas jauh sih dari dia.

"Aku tau kamu orang yang tidak suka bercerita. Bahkan ke aku sekalipun. Kepada manusia yang sudah kamu kenal bertahun-tahun, dan dalam satu pekan pasti ada obrolan saja kamu masih menahan diri. Apalagi dengan orang baru. Begitu kan?"

Dia mengajukan pertanyaan tanpa satupun kata yang bisa menjadi jawabannya.

"Tapi seperti air putih yang terpaksa kamu minum dalam keadaan haus, kamu juga harus bisa memaksa bibir kamu itu untuk bercerita tentang apa yang sedang kamu rasakan. "

Matanya kini memandang air putih yang ada di genggamannya.

"Nest, tidak baik memendam semuanya sendiri. Kalau apa-apa hanya ingin dilakukan dengan diri sendiri, hidup saja sana di dalam gua, gelap, tak bisa lihat apa-apa. Bahkan mungkin ada gajah berkaki lima di sebelah saja tidak terlihat. Saking gelapnya"

Apasih Deff, kalimat bijak itu kamu tutup dengan candaan tak masuk akal.

Aku masih diam, tak menatap apapun. Bahkan tanaman yang ada di depanku saja tak jelas bagaimana bentuknya. Aku rasa juga Deff tidak menatap apa-apa, juga tidak menatapku. Bulir-bulir air mulai memenuhi kantung mataku. Tanaman yang awalnya tak berbentuk, menjadi semakin liar sudutnya. Hanya ada kumpulan warna yang tertutup air mata.

"Eh ko kamu nangis?"

Dengan santainya dia bertanya. Padahal sepertinya baru saja menengok ke arahku.

"Itu kata-kata aku copas dari film loh, Nest"

Seketika butiran air yang sempat membendung itu menghilang, menguap dengan panasnya kepala akibat rasa kesal dengan ucapan terakhirnya.

"Deff!!!!!!!"

Aku memukuli tangan kanannya karena dia duduk disebelah kiriku.

"Eh eh maksudku..."

Aku segera berhenti ketika manusia ini mengeluarkan suara lagi.

"Film tentang aku dan kamu jika suatu saat nanti akan dibuat"

Aku diam, kali ini benar benar diam. Entahlah apa yang aku rasakan. Tidak senang apalagi sedih. Tidak kecewa ataupun marah lagi.

"Kalau gitu, sudah siap cerita, Nest?"

Wajahnya menatap ke arahku. Sorot matanya tajam seakan tak ada penghalang meskipun sebenarnya dia menggunakan kaca mata.

Matahari mulai jinak. Cahayanya redup karena tertutup awan mungil. Panas tak lagi menyengat kami. Sore ini, pada akhirnya aku memecahkan celengan cerita yang telah lama aku tabung. Kepada Deff, manusia setengah beruang es. Karena bagiku, beruang es adalah hewan paling aneh. Mungkin akan aku jelaskan di lain kesempatan. Karena sore ini, hanya ada aku dan Deff.


find me on: rryja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Jika

Kembara Rindu - Kang Abik (Quote)