Bagaimana Jika

Bagaimana Jika

Mari kita akhiri hari ini dengan pertanyaan sederhana. Pertanyaan, “bagaimana jika”, yang jawabannya juga bisa sangat sederhana, atau sebaliknya, rumit, sangat rumit.

Bagaimana jika selama ini orang yang selalu aku sebut kebaikannya di hadapan teman-temanku adalah kamu?
Atau justru bagaimana jika selama ini orang yang selalu aku sebut keburukannya di hadapan teman-temanku adalah kamu?

Bagaimana jika aku ingin terus bersamamu?
Atau justru bagaimana jika perpisahan kita adalah waktu yang paling aku tunggu?

Bagaimana jika aku ingin selalu mendengar kabar darimu?
Atau justru bagaimana jika aku tidak suka kamu menghubungiku sering sering hanya untuk menyampaikan hal yang tidak aku anggap penting (kabarmu)?

Bagaimana jika seseorang yang selama ini aku sebut untuk bisa bersama denganku selamanya di dalam doa sholat sepertiga malam adalah kamu?
Atau justru bagaimana jika seseorang yang selalu aku mohonkan agar Tuhan segera memutuskan hubungan denganku adalah kamu?

Bagaimana jika aku benar benar ingin peduli denganmu sampai kelak aku memilikimu?
Atau justru bagaimana jika peduli yang aku perlihatkan sekarang hanyalah cara untuk terlihat baik saja di depanmu?

Bagaimana jika senyum yang terlukis di wajahmu adalah saat saat yang selalu paling aku tunggu?
Atau justru bagaimana jika aku benci melihatmu tersenyum dan bahagia?

Bagaimana jika aku benar ingin baik denganmu sampai seterusnya?
Atau justru bagaimana jika kebaikan yang aku lakukan sekarang hanyalah sebagai cara memanfaatkanmu?

Bagaimana jika kamu adalah orang yang selalu aku ingat meskipun aku sedang berkumpul dengan semua teman-temanku?
Atau justru bagaimana jika aku sangat menyukai pertemuan dengan teman temanku karena hanya pada saat itu aku bisa melupakanmu?

Bagaimana jika aku ingin selalu ingat semua tentangmu, tentang makanan favoritmu, tempatmu berdiam diri saat kesepian, hingga toko pertama kamu membeli minuman yang sangat kamu suka?
Atau justru bagaimana jika aku ingin melupakan semua tentangmu, tentang pertemuan kita, tentang perbincangan kita selama satu hari penuh, dan apapun yang ada hubungannya dengan dirimu?

Bagaimana jika kamu adalah satu-satunya orang yang sekarang mengisi ruang di hatiku?
Atau justru bagaimana jika kamu hanyalah salah satu orang yang menemaniku dan bisa digantikan kapan saja?

Apa yakin semua pertanyaan di atas hanya akan dijawab dengan kalimat sesederhana, “Tidak apa, aku bisa menerimanya,” atau justru sebaliknya? Rumit.

Jika kamu bertanya darimana aku mendapatkan pertanyaan pertanyaan di atas, itu adalah pertanyaan ke diriku sendiri saat kamu sedang berbuat baik denganku. Jadi, bagaimana jika?

Katanya, orang yang tulus tidak pernah pamit, mereka akan pergi dengan cara terbaik.

Jadi, bagaimana jika aku pergi?

ditulis
Sabtu, 01 Oktober 2022
17.59 WIB

find me on: rryja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kembara Rindu - Kang Abik (Quote)

Deff