Perihal Cinta
"Teruntuk para pengembara rasa, jika yang kau inginkan
adalah cinta tanpa ada luka di dalamnya, maka tak akan pernah kau temukan yang
semisal itu, kecuali cinta Tuhan kepada hamba-Nya."
Diambil dari
buku “Maaf Tuhan, Aku Hampir Porak-poranda Karena Perasaan”
Bicara soal
cinta memang bukan hal sederhana. Tak salah teorinya, cinta memanglah fitrah.
Tapi membiarkannya tetap ada bukanlah perkara yang mudah.
Kalimat di
atas tiba-tiba saja muncul di beranda. Menanggapi keresahan hati yang tidak tau
bagaimana ujungnya. Aku berpaling mencoba tak mengacuhkan. Tetapi semakin
menjauh, semakin Allah dekatkan.
Pesan-pesan
berikutnya berdatangan lagi.
Katanya,
Jangan terlalu
dekat, nanti maksiat.
Katanya,
Jika memang
terpikat, maka dengan izin Allah akan terikat.
Katanya lagi,
Bisakah kita
meniru bumi dan matahari? Menjauh untuk saling menjaga.
Aku bersyukur
karena aku tau Allah menyayangiku. Buktinya Dia tidak pernah membiarkan aku
terlalu jauh soal rasa. Mengalihkan cinta dengan kesibukan yang ku rasa sengaja
dibuat-Nya tak tertata.
Suatu waktu
aku mencoba mengikat, dengan alasan basi, takut tak bisa lagi berkomunikasi.
Takut rasanya berpaling, hingga aku tak punya tempat kembali.
Hingga
akhirnya seseorang menyadarkan. Bagaimana mungkin takut dengan ketidaksetiaan,
sedangkan faktanya, hanya pria ber IQ rendah yang akan melakukan itu, dan aku
tidak sedang mengejar pria ber IQ rendah.
Aku kemudian
bertanya pada rekan-rekan. Mana yang lebih baik, menyimpan rasa dengan dalih
setia sedangkan tak tau hatinya untuk siapa, atau berhenti dan melarikan diri.
Karena jika tetap berada di tempat yang sama, memar di hati hanya akan terus
menanti.
Mereka
tersenyum, akhirnya bisa juga kau porak-poranda karena cinta, kata mereka. Aku
rasa mereka tak sepenuhnya benar. Sudah lama aku merasakannya, hanya tak perlu
didengar orang saja. Tapi mereka juga tak sepenuhnya salah, mungkin memang
begitu keadaannya, apa yang mereka lihat adalah diriku yang sekarang.
Sudah waktunya
aku berhenti menjadi diriku yang lalu, meresahkan diri dan orang lain karena
menjadi benalu. Karena sudah semestinya ku tingkatkan value, hingga sungguh
segalanya melihatku seolah bagai seorang ratu.
Berhenti
memang bukan jalan satu-satunya, tapi mungkin itu jalan yang terbaik. Sebelum
luka terbentuk karena penyesalan yang ada, sudah sepantasnya mematikan rasa
agak tak terus menerus tertarik.
Jika menyimpan
harap pada hamba-Mu tak boleh lagi dilakukan, maka izinkan aku bersimpuh hanya
untuk-Mu. Biarkan rasa tetap ada, aku akan menyimpannya baik-baik jika Engkau
mengizinkannya. Namun, jika di akhir waktu dermaganya bukanlah dia, aku mohon
hilangkan rasa ini sekarang. Bukankah Engkau pengendali segala hal termasuk
gumpalan daging penuh ingin dalam diriku? Yang biasa orang sebut sebagai hati.
ditulis
08.07.22 22.46
WIB
rryja
Komentar
Posting Komentar