Bagaimana Jika
Bagaimana Jika Mari kita akhiri hari ini dengan pertanyaan sederhana. Pertanyaan, “bagaimana jika”, yang jawabannya juga bisa sangat sederhana, atau sebaliknya, rumit, sangat rumit. Bagaimana jika selama ini orang yang selalu aku sebut kebaikannya di hadapan teman-temanku adalah kamu? Atau justru bagaimana jika selama ini orang yang selalu aku sebut keburukannya di hadapan teman-temanku adalah kamu? Bagaimana jika aku ingin terus bersamamu? Atau justru bagaimana jika perpisahan kita adalah waktu yang paling aku tunggu? Bagaimana jika aku ingin selalu mendengar kabar darimu? Atau justru bagaimana jika aku tidak suka kamu menghubungiku sering sering hanya untuk menyampaikan hal yang tidak aku anggap penting (kabarmu)? Bagaimana jika seseorang yang selama ini aku sebut untuk bisa bersama denganku selamanya di dalam doa sholat sepertiga malam adalah kamu? Atau justru bagaimana jika seseorang yang selalu aku mohonkan agar Tuhan segera memutuskan hubungan denganku adalah kamu? Bagaimana jika...