Mari Bercerita Tentang Bagaimana Caramu Menikmati Rasa Sedih

Mari Bercerita Tentang Bagaimana Caramu Menikmati Rasa Sedih

Bagaimana jika kamu ambil kunci motormu, mulai berjalan mengelilingi kota, kemudian berhenti sejenak di tempat yang kamu anggap paling tenang tanpa menyimpan harap bahwa ada seseorang yang akan hadir dan menemanimu.

Lalu kamu pulang dengan mengambil rute terjauh dari jalan yang bisa diambil tanpa rasa takut tersesat sekaligus kamu menguji kebenaran dari petunjuk jalan hijau itu apakah mengarahkan pengendara pada tujuan mereka atau hanya membuat berputar-putar saja di daerah sana.

Diwaktu yang bersamaan, dengan sengaja kamu menurunkan kecepatan dan membawa motor di sisi jalan agar tidak menyulitkan pengendara lain sambil menyadari bahwa pernyataan “tidak ada yang benar-benar peduli denganmu” itu tidak hanya semata-mata kalimat tanpa landasan.

Lihatlah, tidak ada satu orangpun yang peduli dengan air matamu yang jatuh saat kamu mengendarai motor, saat motormu hampir menabrak belakang mobil, atau saat kakimu tersenggol dengan motor lain yang memaksa untuk berjalan lebih dulu.

Lihatlah, bahwa setiap orang di atas bumi ini punya kesibukan mereka masing-masing dan sama sekali tidak memiliki ketertarikan bertanya padamu tentang mengapa dan bagaimana keadaanmu.

Lihatlah, semua orang yang berkata selalu mengkhawatirkanmu pada nyatanya hanya bicara saja tanpa benar-benar memperlihatkan padamu bahwa mereka peduli.

Dan lihatlah, bahwa siapa saja yang pernah kamu bantu di atas bumi tidak kuasa memberikan bantuannya pula padamu disaat kamu membutuhkan mereka.

Aku tidak sedang bicara kalau kamu tidak perlu berbuat baik lagi dengan siapapun, tidak. Tapi pada nyatanya, harap balasan yang mungkin saja secara tidak sadar tersimpan di hatimu hanyalah ruang kosong yang sampai kapanpun tidak akan terisi dengan orang lain. Akui bahwa kamu benar-benar sendiri berjalan di atas muka bumi tanpa seorangpun yang akan terus-menerus menopangmu.

Benar bahwa kecewa yang disengaja adalah ketika kamu menyimpan harap pada manusia.

Setelah menyadari semuanya, kamu akhirnya menemukan jalan pulang dan menikmati sisa perjalanan dengan pemikiran yang lebih tenang. Badanmu pasti sudah sangat rapuh saat itu, tapi bukankah memang itu tujuannya? Berjalan sejauh mungkin agar saat kembali kamu dapat melupakan semua rasa sedih dan tertidur dengan nyenyak.

Bukankah memang itu tujuannya? Untuk memberikan dirimu sendiri pelajaran kalau jalan pulang tak selamanya dapat dinikmati dengan rasa senang saja.

Kamu kemudian berhenti di pinggir jalan, mengecek smartphone yang sejak beberapa jam yang lalu tidak ada di genggamanmu. Kamu melihat nama seseorang yang sejak tadi menghubungimu namun dengan sengaja tidak dihiraukan. Kamu mulai berpikir..

“Ternyata, aku bisa tanpa kamu, mungkin keadaannya akan berbeda kalau kamu menghampiriku tadi saat aku sedang sendiri, mungkin jika kamu ada di sana aku akan memastikan bahwa aku hanya menginginkanmu dan tidak dengan yang lain. Tapi nyatanya kamu tidak di sana, kamu hanya bertanya saja tanpa menghadirkan ragamu untuk benar-benar memastikan aku dalam kondisi aman. Aku, sudah bisa tanpamu.”

Kamu simpan lagi smartphone itu tanpa membalas pesan siapapun dan kembali ke rumah untuk merebahkan tubuh yang sudah tidak sanggup kamu tegakkan lagi.

Dalam keadaan setengah sadar, kamu bergumam “Tuhan, jika memang bukan dia orangnya, aku terima apapun ketentuan yang Engkau takdirkan untukku.”

Tidak hanya berhenti di sana, akhirnya kamu sadar bahwa tempat kembali dan harap yang sebenarnya hanyalah Dia, Allah yang Maha Kuasa atas apapun yang menjadi jalan cerita hidupmu.


Ditulis pada tanggal
05 Januari 2023

find me on: rryja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Jika

Kembara Rindu - Kang Abik (Quote)

Deff