Kapan dan Bagaimana Kamu Menulis?

 

Seseorang bertanya tentang kapan aku menulis, tentang bagaimana aku menulis, dan apa saja yang harus dipersiapkan ketika akan menulis.

Aku tertawa sebelum menjawab pertanyaannya, aku bilang, dia bertanya pada orang yang salah, aku memang menulis tapi aku bukan seorang penulis. Aku bilang juga, dia bisa tanya saja dengan penulis yang bukunya sudah puluhan bahkan ratusan untuk mendapatkan jawaban yang lebih valid, seperti Tere Liye, Asma Nadia, Kang Abik, dan penulis-penulis lainnya.

Sekarang, dia yang tertawa mendengar jawabanku. Katanya, kapan dia bicara aku ini seorang penulis, dia hanya bertanya kapan dan bagaimana. Aku rasa memang tidak ada masalah dengan 2 pertanyaan awal, tapi pertanyaan ketiga? Itu terlalu berlebihan. Dia tersenyum ke arahku, dia bilang dia tidak bertanya kepada orang yang salah, pertanyaan ketiga itu sejatinya tidak perlu jawaban, dia hanya ingin lihat bagaimana aku meresponsnya.

Aku tidak benar-benar memperhatikan apa maksudnya, tapi aku mulai menjawab 2 pertanyaan awal.

Tentang kapan aku menulis.
Aku bisa menulis kapan saja, aku menulis ketika sedang merindukan seseorang, aku menulis ketika sedang senang karena mendapatkan diskon makanan, aku menulis ketika kakiku terluka sebab menyenggol motor yang parkir sembarangan, aku menulis ketika sendang jatuh cinta, aku menulis ketika sedang patah hati, aku menulis ketika orang yang aku hubungi tidak segera membalas, aku menulis ketika pikiranku sedang sangat penuh, atau bahkan aku bisa menulis ketika pikiranku kosong, tidak tau harus apa, dan aku memilih untuk menulis.

Dia bertanya kembali, katanya, “tapi, kenapa aku tidak sesering itu melihat tulisanmu?”

Aku tidak menulis untuk dibaca, kawan. Aku hanya menulis, udah itu saja. Tentang siapa yang membacanya bahkan menunjukkan reaksinya setelah membaca tulisanku, aku rasa itu hanya sesuatu yang Pencipta berikan untuk meyakinkanku agar terus menulis. Aku tidak bilang itu bonus, karena aku tidak menyimpan harap untuk itu. Aku, hanya, menulis. Itu saja.

Berikutnya, tentang bagaimana aku menulis. Ah, aku rasa tidak perlu dijelaskan lagi. Aku hanya menulis, udah itu saja. Apakah semua yang aku tulis adalah apa yang aku rasakan atau hadapi? Tentu saja tidak, banyak fiksi bahkan bumbu-bumbu hiperbola saat seseorang menulis, itu mengalir begitu saja. Apa benar aku akan menulis ketika kakiku terluka sebab menyenggol motor yang parkir sembarangan? Tentu tidak, atau paling tidak aku tidak akan melakukannya saat itu juga. Mungkin aku akan bereaksi terlebih dahulu, mengaduh, aku menggeserkan motor agar tidak menghalangi jalan. Apa aku langsung menulis? Tidak. Yaa, seperti itu contohnya.

Tidak semua tulisan yang berirama patah hati tercipta karena si penulisnya sedang patah hati, sesekali orang yang sedang bahagia juga ingin menuliskan rasa sedih yang entah datang darimana. Bisa dari masa lalu, kekhawatiran masa depan, kisah orang lain, tulisan yang tiba-tiba dimunculkan oleh algoritma, atau begitu saja terlintas di kepala.

Tidak perlu terlalu serius membaca tulisan seseorang sampai-sampai memikirkan keadaan si penulisnya. Kecuali itu tulisan dari seseorang yang diduga terlibat kasus rahasia, perlu investigasi, dan jika kita seorang detektif, barulah boleh serius dan hati-hati ketika membacanya.

Selebihnya, kalau bermanfaat, ambil kebaikannya, jika tidak, nikmati saja, suatu saat pasti akan ada gunanya juga. Pembelajaran.

Lagi pula, sebuah tulisan itu tidak bisa hanya dimaknai dengan satu persepsi saja. Seseorang yang menulis tidak akan memaksa pembacanya memahami sama persis seperti apa yang Ia (si penulis) pahami. Manusia ini beragam pemikirannya, latar belakangnya, pengalamannya. Satu kalimat saja bisa jadi ribuan makna, apalagi satu paragraf, satu lembar, satu buku.

Kecuali, buku pelajaran, rumus fisika gaya F = massa x percepatan, yasudah biarkan begitu saja, jangan diubah-ubah, ilmuwan tidak hanya satu dua hari membuat penelitian mengenai hal itu.

Jadi ya begitu, menulis saja sesukamu, tapi kalau itu dipublikasikan, tetap beretika, karena setiap kepala manusia punya pemikirannya masing-masing. Kalau hanya parkir di buku harian, yaa terserah..

Nah tentang apa saja yang perlu dipersiapkan ketika akan menulis itu jadi terjawab dengan sendirinya, kalau tulisannya hanya disimpan sendiri, tidak perlu menyiapkan apa-apa, itu ruang kosong, kita bebas mengisinya sesuka hati. Tapi kalau sudah memilih untuk dipublikasikan, siap-siap deh dengan hati yang lapang dan pemikiran yang terbuka, karena dunia ini penuh dengan kejutan.

ditulis
Jumat, 15 Maret 2024
11.18 WIB

find me on: rryja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Jika

Kembara Rindu - Kang Abik (Quote)

Deff